Rabu, 21 Mei 2014

Alumni desak PMII jauhi Politik

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Ikatan Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Tim RPA Mujahid Anshori mendesak organisasi kemahasiswaan itu menjauhi atmosfir politik, agar lebih dekat kepada kehidupan kemahasiswaan.
"Faktanya, tidak sampai 2 persen dari 10.000 mahasiswa yang masuk PMII. Artinya, PMII harus berubah agar tidak habis. Penyebabnya, atmosfir politik membuat mahasiswa kedokteran, hukum, farmasi merasa sesak," katanya di sela-sela 'Forum Rembuk Sahabat' di Surabaya akhir pekan lalu.
Di sela-sela forum menjelang Kongres XVIII PMII di Jambi pada 30 Mei-5 Juni mendatang, politisi PPP itu menegaskan bahwa atmosfir politik harus dijauhkan dari organisasi kemahasiswaan. "Kalau sudah bukan mahasiswa, silakan saja berpolitik praktis," ucapnya.
Menurut pimpinan "Forum Silaturahmi Takmir Masjid dan Mushalla Indonesia" (Fahmi Tamami) Jatim itu, fakta di atas mengharuskan kandidat Ketua Umum PB PMII untuk periode mendatang memenuhi tiga kriteria yakni mampu mengawal PMII pada organisasi maju, organisasi agamis, dan organisasi profesional.
"Jadi, bukan politis. Itu sesuai dengan nama PMII yang mengedepankan atmosfir agamis berupa Islam Tengah atau Islam Rahmatan lil Alamin yang bukan Islam radikal dan Islam liberal, karena itu pola kaderisasi PMII harus diubah agar tidak menjadi politis dan mampu melahirkan kader dengan perilaku Aswaja dan NDP (nilai dasar perjuangan)," tuturnya.
Senada dengan itu, Sekretaris Eksekutif "Pondok Budaya IKON" Surabaya Abdul Hady JM mengatakan tidak sedikit kader PMII asal Jawa Timur yang turut bersaing memperebutkan estafet kepemimpinan puncak di organisasi kemahasiswaan berlatarbelakang nahdliyin itu.
"Jawa Timur itu gudang kader potensial," kata mantan Direktur Lembaga Kajian Strategis dan Opini Publik PMII Jawa Timur dalam 'Forum Rembuk Sahabat' yang dihadiri pimpinan PMII se-Jatim itu.
Kandidat ketua umum dari Jatim yang potensial, antara lain Mukaffi Makki (Surabaya), Arif Taufiqurrahman (Jombang), Iwan Adi Kusuma (Tulungagung), Zaini Mustaqim (Kota Malang), Abdul Aziz (Jombang), Abidurrahman (Tulungagung), Heri Kristianto (Jember), dan Erfandi Efendi (Bangkalan/LBH PB PMII).
Secara terpisah, salah seorang kandidat yang terlihat hadir dalam forum itu, Erfandi Efendi menegaskan bahwa PMII sudah saatnya tidak bertarung dalam masalah ideologi, melainkan bertarung dalam konstitusi.
"Itu karena kita sekarang berada dalam pertarungan konstitusi, karena UUD 1945 milik kita diserang dari kanan dan kiri oleh sejumlah ideologi, di antaranya kapitalis, liberalis, radikalis, fundamentalis, dan kelompok ekstrem kanan dan kiri lainnya," ujar pengurus LBH PB PMII itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar