Setiap organisasi kemahasiswaan tidak bisa dilepaskan dari beberapa simbol, identitas dan ciri khas. Hal tersebut lumrah sebagai pembeda dengan organisasi lain, selain itu perbedaan yang ada juga menyangkut ideologi yang dibawa dan dipertahankan mati-matian setiap organisasi.
Perjalanan panjang organisasi mahasiswa ekstra kampus (ORMEK) tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang bangsa ini, setiap organisasi mempunyai peran penting dalam mengantarkan bangsa ini ke gerbang demokrasi.
Hal tersebut terlihat dari beberapa gerakan mahasiswa yang banyak dimotori oleh mahasiswa ekstra kampus, tidak heran jika organisasi mahasiswa menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa.
Selain itu, organisasi kerap disandingkan dengan perjuangan kaum proletar, yang menjadi sasaran empuk kaum borjuis untuk mempertahankan kekuasaan, hal ini menjadi bagian yang tak terpisahkan sejengkalpun.
Bukan hanya isu-isu revolusi dan penindasan, organisasi mahasiswa selalu bersinggunan dengan stratifikasi social, keadaan dimana adanya perbedaan kelas di masyarakat, hal tersebut menjadi kegelisahan setiap oranisasi yang memimpikan kehidupan berkeadilan dan tidak ada pemiskinan terstruktur dan pembodohan secara teratur yang akan menunda menjadi Negara makmur.
Kerap kali aggota organisasi yang masih terhitung baru salah dalam melafadkan salam penutup, lebih tepatnya menggunakan salam penutup organisasi lain yang sangat mengganggu dan merusak suasana, terlebih dalam momen perhelatan besar semacam acara seminar nasional dan pepmbukaan acara-acara organisasi, pastinya yang hadir tidak hanya dari kalangan anggota, kader akan tetapi para senior dan alumni dipastikan berada dalam satu ruangan.
Kejadian yang sering terjadi ialah pada saat ketua panitia pelaksana menyampaikan prakatanya, karena masih belum memahami secara sepenuhnya tentang organisasi yag diikuti si ketua panitia kerap melakukan kesalahan yang fatal tdan tak terampuni bagi para sesepuh organisasi, siap-siap mendapatkan kata-kata mutiara bahkan mendapat sanjungan yang membekas dalam hati.
Bukan hanya pelaku kesalahan yang akan mendapat wajangan dari para alumni, kepengurusan yang menggelar acara akan lebih mendapat sanjungan dan kata-kata motivasi yang memaksa diri untuk memeras otak dan megharuskan otak kerja keras lebih berat lagi untuk mencerna apa yang disampaikan oleh alumni yang pemahaman organisasinya sudah mendarah daging.
Dengan begitu peliknnya urusan dalam kesempurnaan acara terlebih dalam urusan simbolisme organisasi sangat dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk organisasi yang diikuti agar tidak menyesal dikemudian hari, beitupula dengan mengetahui simbol atau identitas organisasi lain perlu kiranya diketahui sebai basis pengetahuan agar tidak dianggap sebagai penyusup organisasi atau bahkan dicap sebagai penghianat organisasi.
Dari beberapa oranisasi mahasiswa yang sering terdengar telinga, terlihat oleh mata tertanam dalam dalam hati, tiga organisasi ini sudah tidak asing lagi kalangan mahasiswa, diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dari ketiga organisasi tersebut terdapat perbadaan yang mencolok dan menjadi ciri khas masing-masing dalam hal salam penutup baik dalam ranah admisitrasi maupun dalam setiap acara, perbedaan salam penutup antara ketiganya ialah;
1. Salam Penutup Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Salam penutup HMI, sangat umum digunakan oleh hampir sebagian umat islam dan sangat mudah untuk diucapkan, salam penutup yang berbunyi Wabillahi taufiq wal hidayah ini mempunyai makna harfiah “ Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya”
2. Salam Penutup Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Salam penutup dalam surat menyurat PMII dan penutup pidato yang khas ialah Wallahul muwafiq ila aqwamit-thariq, istilah ini pertama kali dicetuskan oleh KH. Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, Jawa Tengah.
Arti dari Wallahul muwafiq ila aqwamit-thariq secara harfiah adalah “Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya”. Sebelum menciptakan istilah tersebut KH. Ahmad Abdul Hamid sebelumnya menciptakan istilah Billahit taufiq wal-hidayah, namun sudah digunakan hampir semua kalangan umat islam, maka beliau merasa ke khasan warga Nahdiyin tidak ada lagi.
3. Salam Penutup Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Kalau HMI punya sapaan akrab dengan kanda dan dinda, PMII dengan sahabat dan sahabati, IMM tidak mau kalah dengan IMMawan dan IMMawati, perbedaan ini tidak menjadiikan skat diantara ketiganya tapi perbedaan ini menjadi rahmat bagi setiap mahasiswa.
Selain sapaan akrab IMM juga mempunyai salam penutup yang khas yakni Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat, fastabiqul khairat berasal dari potongan ayat Al Quran surat al Baqarah ayat 148 yang artinya “dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sebdiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kalian (berbuat) yang baik. Di mana saja kalian berada pasti Allah akan mengumpulkanmu semua (pada hari kiamat. Sesunggunya allah maha kuasa atas segala sesuatu. Sedangkan kata Billahi adalah refresentasi naluri dan gagasan yang di aktualisasikan dalam prinsip nilai kemanusiaan sehingga menjadi bagian yang terintegrasi satu sama lainnya. Sementara kata Fii sabilil haq mempunyai makna tersendiri dan tak terpisahkan dari substansinya dengan pemaksimalan potensi diri yang diukung oleh kekuatan moralitas dan perilaku yang baik sebagai jembatan untuk mencapai keberkahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar