Pendahuluan
Kita sering mendengar kata “Pesantren”, yang menurut para ahli adalah sebuah tempat perkumpulan para santri, atau secara segi bahasa pesantren sendiri merupakan kata serapan dari santri itu sendiri dengan menambahkan tambahan pe- di awalnya dan –an diakhirnya, yang bisa simpulkan asal katanya ialah pesantrian, sehingga bertransformatif menjadi pesantren. Namun yang menjadi banyak perdebatan adalah apakah makna santri itu sendiri?
Makna Santri
Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti (1) orang yg mendalami agama Islam; (2) orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh (orang yg saleh); (3) Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama islam dengan berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan lain sebagainya.
Karena ketidak jelasan makna santri berbagai macam asumsi dan opinipun turut meramaikan jagat pendefinisian santri.
Seperti contoh ada suatu pendapat yang mengatakan makna santri adalah bahasa serapan dari bahasa inggris yang berasal dari dua suku kata yaitu sun dan three yang artinya tiga matahari. Matahari adalah titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yg mendatangkan terang dan panas pada bumi pada siang hari. seperti kita ketahui matahari adalah sumber energi tanpa batas, matahari pula sumber kehidupan bagi seluruh tumbuhan dan semuanya dilakukan secara ikhlas oleh matahari. namun maksud tiga matahari dalam kata Sunthree adalah tiga keharusan yang dipunyai oleh seorang santri yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Semua ilmu tentang Iman, Islam dan Ihsan dipelajari dipesantren menjadi seorang santri yang dapat beriman kepada Allah secara sungguh-sungguh, berpegang teguh kepada aturan islam. serta dapat berbuat ihsan kepada sesama.
Namun para ilmuan tidak sependapat dan saling berbeda tentang pengetian santri. Ada yang menyebut, santri diambil dari bahasa ‘tamil’ yang berarti ‘guru mengaji’ ini adalah pendapat Prof. Dr. Zamakhsyari Dhofier yang mengutip pendapat Prof. Johns. Ada juga yang menilai kata santri berasal dari kata india ‘shastri’ yang berarti ‘orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci’ ini adalah pendapat C.C. Berg. Selaras dengan Berg, Cliford Geertz menduga, bahwa pengertian santri mungkin berasal dan bahasa sangsekerta ‘shastri’, yang berarti ilmuan Hindu yang pandai menulis, yang dalam pemakaian bahasa modern memiliki arti yang sempit dan arti yang luas. Dalam arti sempit, ialah seorang pelajar yang belajar disekolah agama atau yang biasa disebut pondok pesantren, sedang dalam arti yang lebih luas, santri mengacu pada bagian anggota penduduk Jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh, yang bersembahyang ke masjid pada hari Jumat, dan sebagainya. Sedangkan Soegarda Poerbakawatja menyatakan bahwa tradisi pesantren itu bukan berasal dan sistem pendidikan Islam di Makkah, melainkan dari Hindu dengan melihat seluruh sistem pendidikannya bersifat agama, guru tidak mendapat gaji, penghormatan yang besar terhadap guru dari para murid yang keluar meminta-minta diluar lingkungan pondok. Juga letak pesantren yang didirikan di luar kota dapat dijadikan alasan untuk membuktikan asal-usul pesantren dari Hindu dan pendapat serupa dikemukakan juga oleh Van Bruinessen.
Selain itu, Nurkholis Madjid meyakini bahwa kata santri berasal dari kata ‘Cantrik’ (bahasa sansekerta atau jawa), yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lainya menganggap kata ‘santri’ sebagai gabungan antara kata ‘saint’ (manusia baik) dan kata ‘tra’(suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Dalam praktik bahasa sehari-hari, istilah ‘santri’ pun memiliki devariasi yang banyak. Artinya, pengertian atau penyebutan kata santri masih suka-suka alias menyisakan pertanyaan yang lebih jauh. Santri apa, yang mana dan bagaimana?. Sebagai contoh Ada istilah santri profesi, dan ada santri kultur. ‘Santri Profesi’adalah mereka yang menempuh pendidikan atau setidaknya memiliki hubungan darah dengan pesantren. Sedangkan ‘Santri Kultur’ adalah gelar santri yang disandangkan berdasarkan budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, bisa saja orang yang sudah mondok di pesantren tidak disebut santri, karena prilakunya buruk. Dan sebaliknya, orang yang tidak pernah mondok di pesantren bisa disebut santri karena prilakunya yang baik.
Dari segi metode dan materi pendidikan, kata ‘santri’ pun dapat dibagi menjadi dua. Ada ‘Santri Modern’ dan ada ’Santri Tradisional’, Seperti halnya juga ada pondok modern dan ada juga pondok tradisional.
Sedang dari segi tempat belajarnya, ada istilah‘santri kalong’ dan ‘santri mukim’. Santri kalong adalah orang yang berada di sekitar pesantren yang ingin menumpang belajar di pondok pada waktu-waktu tertentu tanpa tinggal diasrama pesantren. Sedangkan santri mukim ialah santri yang menuntut ilmu di pesantren dan tinggal di asrama pesantren (kobong).
Adapula yang mendefinisikan santri sebagai sebuah singkatan dari gramatika arab, Hal itu salah satunya disampaikan oleh KH Daud Hendi Ismail, Beliau menjelaskan bahwa kata Santri jika ditulis dalam bahasa arab terdiri dari lima huruf (سنتري), yang setiap hurufnya memiliki kepanjangan serta pengertian yang luas.
- Sin (س) adalah kepanjangan dari سَافِقُ الخَيْرِ yang memiliki arti Pelopor kebaikan.
- Nun (ن) adalah kepanjangan dari نَاسِبُ العُلَمَاءِ yang memiliki arti Penerus Ulama.
- Ta (ت) adalah kepanjangan dari تَارِكُ الْمَعَاصِى yang memiliki arti Orang yang meninggalkan kemaksiatan.
- Ra(ر) adalah kepanjangan dari رِضَى اللهِ yang memiliki arti Ridho Allah.
- Ya (ي) adalah kepanjangan dari اَلْيَقِيْنُ yang memiliki arti Keyakinan.
Selain lima filosofi kata santri diatas, beberapa sumber menyebutkan bahwa kata santri hanya berasa dari empat huruf, yang antara lain terdiri dari sin, nun, ta, ra. Dan dari segi pemaknaan pun memiliki beberapa perbedaan sebagaimana berikut:
Sin : Satrul al aurah (menutup aurat)
Nun : Naibul ulama’ (wakil dari ulama’)
Ta’ : Tarku al ma’shi (meninggalkan kemaksiatan)
Ra’ : Raisul ummah (pemimpin ummat)
Bahkan, yang lainnya malah menyebutkan bahwa kata santri sebagai sebuah singkatan dari bahasa indonesia. Yang kepanjangannya tidak jauh beda dengan apa yang telah dikemukakan di atas. Yakni:
S : satir al-‘uyub wa al-aurat, Artinya menutup aib dan aurat. Yakni aib sendiri maupun orang lai
A : aminun fil amanah, Artinya bisa di percaya dalam megemban amanat.
N : nafi’ al-‘ilmi, Artinya bermanfa’at ilmunya. Dan inilah yang sangat diidamkan oleh semua santri. Ketika ia telah melalui masa-masa menimba ilmu, pasti harapan akhirnya adalah mampu mengamalkan ilmu tersebut.
T : tarik al-maksiat, Artinya meninggalkan maksiat.
R : ridho bi masyiatillah, Artinya Ridho dengan apa yang diberikan Allah
I : ikhlasun fi jami’ al-af’al, Artinya ikhlas dalam setiap perbuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar